Jalan Menuju Jannah



Dari Abu Hurairah RA, bahwasannya Rasulullah bersabda kepada ummat yang sedang mengelilinginya:

"Pas­tikanlah kamu melaksanakan enam hal, aku pastikan kamu masuk surga!" Abu Hurairah bertanya "Apa-­apa saja (yang enam tersebut), wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Shalat, zakat amanah, kehormatan, perut, lidah." (HR. Ath-Thabrani).

Setiap orang pasti ingin bahagia. Namun, adakalanya orang berjalan hanya mengikuti nafsunya semata-mata tanpa mem­perdulikan aturan-aturan yang telah ditetapkan-Nya. Dan kebahagiaan itu janganlah dilihat dalam kaca mata manusia. Sebab, kebahagiaan yang hakiki hanyalah milik Allah SWT., sehingga kebahagiaan inilah yang harus umat Islam gapai.

Adapun langkah pertama yang perlu dilakukan untuk masuk surga ialah melaksanakan shalat. Makna shalat ini bila kita pahami dengan baik, sungguh amat dalam nilai yang dikandungnya. Shalat, selain berfungsi ibadah ritual dengan nilai pahala kemuliaan, juga berdimensi sosial-kemanusiaan. Dalam hal ini shalat juga dapat menghindarkan seseorang dari perbuatan-perbuatan negatif. Sehingga, pantas saja ketika seseorang meninggal dunia, pemeriksaan amal perbuatan yang pertama dinilai adalah amalan shalatnya.

"Sesungguhnya, pekerjaan seorang hamba Allah, yang paling pertama diperiksa pada hari kiamat adalah shalatnya. Jika shalatnya baik, bahagia dan sukseslah dia. Apabila shalatnya rusak, hancur dan rugilah dia..." (HR. At-Tirmidzi).

Langkah selanjutnya menuju kebahagiaan ialah membayar zakat dan melaksanakan amanah/amanat. Membayar zakat (zakat mal dan fitrah) merupakan rukun Islam yang harus dilaksanakan bila telah mencukupi syarat-syaratnya.

Dalam ajaran Islam, harta yang kita miliki bukanlah milik kita secara hakiki. Namun, harta itu merupakan amanat dari Allah SWT. Lebih dari itu, di dalam harta yang dimiliki seorang muslim terdapat sejumlah hak orang lain. Hak itulah yang kemudian direalisasikan dalam bentuk zakat, infak dan sedekah.

Selanjutnya tegakkan amanat. Amanat tidak sekedar memelihara atau menjaga sesuatu yang dititipkan. Tapi, dalam pandangan Al-Ghazali, amanat mempunyai makna yang luas. Bisa berupa perhatian seseorang terhadap tanggung jawab yang dipikulnya. Baik dalam bentuk pekerjaan, jabatan, dan harta benda yang disyariatkan Allah SWT. dalam Alquran maupun hadist.

Syarat masuk surga lainnya ialah berupa memelihara kehormatan dan menjaga perut. Orang yang menjaga kehormatan dirinya secara baik akan mendapat kedudukan yang mulia dalam masyarakat. Kenyataan memperlihatkan, betapa banyak orang yang hancur kehidupan dan masa depannya akibat dari tidak mampu menjaga kehormatannya.

Kata kehormatan di dalam hadis tersebut, sebenarnya memiliki arti lebih khusus sebagai alat kelamin (seks). Artinya, orang haruslah memelihara alat kelamin agar tidak digunakan pada yang haram. Dampaknya, apabila seks bebas berkembang di masyarakat akan timbul kegoncangan di dalam kehidupannya. Sementara kata perut sendiri, lebih merupakan simbol dari sesuatu yang masuk ke dalam perut atau makanan. Sehingga makanan harus menjadi perhatian yang serius. Setiap muslim harus hati-hati terhadap segala sesuatu yang dikonsumsi tubuhnya.

Langkah terakhir untuk masuk surga menurut hadis di atas adalah berupa menjaga/mengawasi lidah. Lidah merupakan simbol dari kata atau ucapan manusia. Arti lainnya, kata-kata atau ucapan yang dikeluarkan haruslah dijaga jangan sampai menggoncangkan, menggelisahkan masyarakat, tidak mengucapkan yang batil dan tidak benar. Wallahul Musta’an.

Mutiara Hadist:
Nabi saw. bersabda, “Seorang muslim itu adalah saudara muslim lainnya, dia tidak boleh menaliminya dan menghinakannya. Sesiapa yang membantu keperluan saudaranya maka Allah akan memenuhi keperluannya. Sesiapa yang melapangkan satu kesusahan seorang muslim maka Allah akan melapangkan satu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan hari kiamat nanti. Dan sesiapa yang menutupi aib seorang muslim maka Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat”. (HR MUSLIM)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar